Opini, Oleh : Arni Latifah, S.IP
(Mahasiswa Pasca Sarjana Program Studi Manajemen Inovasi Universitas Teknologi Sumbawa)
Seperti yang kita ketahui bersama pandemi covid 19 dengan ganasnya melanda hampir seluruh Negara yang ada didunia, tak terkecuali Indonesia. Dua tahun terakhir ini merupakan tahun tersulit bagi setiap manusia, pembatasan rutinitas dan aktivitas, penghambatan roda kehidupan akibat wabah, penerapan social distancing dan atau karantina sosial baik sekala kecil maupun skala besar. Wabah atau pandemi Covid-19, yang pertama kali bermula di Wuhan, Ibukota Provinsi Hubei, China ini merupakan virus jenis baru di dunia. Virus covid 19 ini merubah pola hidup masyarakat secara global, silaturrahmi, berjabat tangan, berkrumunan, pusat pendidikan, pusat wisata, pusat transportasi dan kegiatan-kegiatan lainnya yang dapat menimbulkan perkumpulan dihentikan, namun semua dilakukan via online atau disebut dengan daring.
Dikutip dari laman resmi (kemkes.go.id) terhitung hingga saat ini 6 Mei 2021 adalah 162,177,376 kasus dengan 3,364,178 kematian (CFR 2,1%) di 222 Negara Terjangkit dan 193 Negara Transmisi lokal.Terlihat begitu besar dampak pada kesehatan yang dirasakan dari pandemi ini.
Adapun dampak yang dihasilkan sangat luar biasa, terutama pada sektor pendidikan. Sekolah dibubarkan dari tingkat taman kanak – kanak hingga perguruan tinggi, yang dimana perguruan tinggi ini berdapak pada layanan perpustakaan. Perpusatakaan apapun dan diamanpun tidak dapat membuka pintu layanan selama masa pandemi. Namun dengan kemajuan teknologi perpustakaan harus tetap memberikan informasi-informasi bermanfaat kepada masyarakat dan tidak boleh tutup.
Sesuai amanat UU RI No. 43 Tahun 2007 dinyatakan bahwa Perpustakaan Umum diselenggarakan oleh Pemerintah, Pemerintah Provinsi, Pemerintah Kabupaten/Kota, Kecamatan, dan Desa, serta dapat diselenggarakan oleh masyarakat.
Perpustakaan Umumlah tempat dimana semua lapisan masyarakat dari segala umur, balita sampai usia lanjut bisa terus belajar tanpa dibatasi usia. Di jaman modern seperti sekarang ini membaca buku tidak hanya bisa dilakukan dengan membaca buku fisik saja yang bisa dipegang dengan tangan, namun sekarang dengan kemajuan dan kecanggihan teknologi membaca buku bisa dilakukan dengan gadget atau computer. Saat ini banyak terdapat buku elektronik (e-book) yang bisa dibaca kapan saja dan dimana saja.
Pengertian perpustakaan digital atau Digital Library terdapat berbagai pendapat. Diantara pendapat itu adalah : seperti yang dikatakan oleh Zainal A. Hasibuan (2005), digital library atau sistem perpustakaan digital merupakan konsep menggunakan internet dan teknologi informasi dalam menajemen perpustakaan.
Sedangkan menurut Ismail Fahmi (2004) mengatakan bahwa perpustakaan digital adalah sebuah sistem yang terdiri dari perangkat keras (hardware) dan perangkat lunak (software), kolekasi elektronik, staf pengelola, pengguna, organisasi, mekanisme kerja, serta layanan dengan memanfaatkan berbagai jenis teknologi informasi. Berdasarkan definisi-definisi di atas bahwa perpustakaan digital pada dasarnya memiliki 3 (tiga) karakteristik utama sebagaimana diulas Tedd dan Large (2005), yaitu :
1. Menggunakan teknologi yang mengintegrasikan kemampuan menciptakan, mencari, dan menggunakan informasi dalam berbagai bentuk dalam sebuah jaringan yang tersebar luas.
2. Memiliki koleksi yang mencakup data dan metadata yang saling mengaitkan berbagai data, baik di lingkungan internal maupun eksternal.
3. Merupakan kegiatan mengoleksi dan mengatur sumberdaya digital yang dikembangkan bersama- sama komunitas pemakai jasa untuk memenuhi kebutuhan informasi mereka. Untuk itu perpustakaan digital merupakan integrasi berbagai institusi yang memilih, mengoleksi, mengolah, merawat, dan menyediakan informasi secara meluas keberbagai komunitas. Dimasa pendemi seperti sekarang ini banyak yang menggunakan layanan perpustakaan digital sebagai aplikasi yang sangat efektif untuk pemustaka membaca dan menikmati buku. Dikutip dari laman (Dina Kearsipan dan Perpusatakaan, 2020) bahwa keunggulan dari perpustakaan digital antara lain adalah :
1. Menghemat ruangan, karena koleksi perpustakaan digital adalah dokumen – dokumen berbentuk digital, maka positifnya adalah menghemat ruang penyimpanan menjadi sangat efisien.
2. Akses ganda (Multiple access), kekurangan perpustakaan konvensional adalah akses terhadap koleksinya bersifat tunggal. Artinya apabila ada sebuah buku baca oleh seorang anggota perpustakaan, maka anggota yang lain yang akan membaca harus menunggu buku tersebut dikembalikan terlebih dahulu. Koleksi digital tidak demikian. Setiap pemakai dapat secara
bersamaan menggunakan sebuah koleksi buku digital yang sama baik untuk dibaca.
3. Tidak dibatasi oleh ruang dan waktu, Perpustakaan digital dapat diakses dari mana saja dan kapan saja dengan catatan ada jaringan komputer (computer internet working) atau bisa juga menggunakan gadget. Sedangkan perpustakaan konvensional hanya bisa diakses jika orang tersebut datang ke perpustakaan pada saat perpustakaan membuka layanan. Jika perpustakaan tutup maka orang yang datang tidak dapat mengakses perpustakaan, sebaliknya walaupun perpustakaan sedang buka tetapi pemakai berhalangan datang ke perpustakaan maka pemakai tersebut tidak dapat mengakses perpustakaan.
4. Koleksi dapat berbentuk multimedia, Koleksi perpustakaan digital tidak hanya koleksi yang bersifat teks saja atau gambar saja. Koleksi perpustakaan digital dapat berbentuk kombinasi antara teks gambar, dan suara. Bahkan koleksi perpustakaan digital dapat menyimpan dokumen yang hanya bersifat gambar bergerak dan suara (film) yang tidak mungkin digantikan dengan bentuk teks, dan dapat dikemas dalam bentuk yang jauh lebih menarik
5. Biaya lebih murah, Secara relatif dapat dikatakan bahwa biaya untuk dokumen digital termasuk murah. Mungkin memang tidak sepenuhnya benar.
Untuk memproduksi sebuah e-book mungkin perlu biaya yang cukup besar. Namun bila melihat sifat e-book yang bisa digandakan dengan jumlah yang tidak terbatas dan dengan biaya sangat murah, mungkin kita akan menyimpulkan bahwa dokumen elektronik tersebut biayanya sangat murah. Layanan akses perpustakaan digital diantaranya, yaitu :
Kebutuhan informasi dan pengetahuan masyarakat tetap dapat dilayani dengan sangat baik melalui portal web perpusnas (www.perpusnas.go.id). Dengan satu klik pemustaka dapat mengakses berbagai buku elektronik, jurnal elektronik, naskah digital, peta digital, Koran digital dan bahan pustaka multimedia.
Bisa juga mengakses layanan perpustakan melalui aplikasi i-pusnas (www.ipusnas.id) dengan koleksi sejumlah 50.438 judul buku digital dalam 591.739 salinan. Semua koleksi buku yang ada di i-pusnas dapat dipinjam dan dibaca oleh masyarakat layaknya di perpustakaan konvensional.
Sejak 2016 telah tersedia bagi masyarakat satu portal web penjelajahan pengetahuan Indonesia OneSeacrch (IOS) (www.onesearch.id) dengan koleksi jejaring sebanyak 12.831.793 entri. IOS menjadi satu pintu pencarian untuk smeua koleksi publik dari seluruh perpustakaan, museum, arsip dan sumber elektronik di Indonesia.
Dikutip dari laman (www.Perpusnas.go.id) banyak faktor yang perlu dipertimbangkan dalam membangun perpustakaan digital. Beberapa hal yang perlu diperhatikan, antara lain :
1. Analisa kebutuhan (Need Analysis), Dalam tahap awal pertanyaan yang muncul adalah apakah perpustakaan digital memang diperlukan. Untuk menjawab pertanyaan ini tidak dapat dijawabhanya berdasarkan perkiraan semata tetapi harus diadakan studi untuk menentukan kebutuhan yang disebut dengan analisis kebutuhan (Need Analysis). Apabila analisa kebutuhan sudah dilakukan dan jawabannya adalah positif, maka tahap berikutnya adalah menentukan tujuan.
Tujuan ini harus didasarkan pada visi dan misi perpustakaan serta lembaga induknya. Masing-masing perpustakaan mempunyai tujuan yang berbeda satu sama lain tergantung pada kondisi masing-masing perpustakaan.
2. Studi Kelayakan (Feasibility Study). Apabila penentuan kebutuhan dan tujuan sudah dilakukan, maka tahap berikutnya adalah melakukan studi kelayakan (Soekartawi, 2003), yang komponen sebagai berikut :
Technically feasible (apakah secara teknis layak). .
Economically profitable (apakah secara ekonomi menguntungkan).
Socially acceptable (secara sosial dapat diterima).
3. Memilih software, Pemilihan software hanya diperlukan apabila kita ingin membangun database untuk kepentingan perpustakaan digital (sebagai penyedia informasi), namun apabila kita hanya ingin membangun perpustakaan digital sebagai konsumen (memanfaatkan perpustakaan digital yang sudah ada), maka pemilihan software tidak menjadi penting.
Kreteria pemilihan software untuk database antara lain meliputi : Access Point, User Friendly, Sustainabillity dan price.
4. Pelaksanaan, Dalam tahap ini, khususnya untuk pembentukan database, harus mempunyai prioritas.
Prioritas ini tergantung pada masing-masing perpustakaan. Penulis menyarankan untuk memulai pembentukan databse dari produk-produk local, seperti hasil penelitian , hasil pengabdian masyarakat, tesis, diesrtasi, skripsi dan jurnal ilmiah yang diterbitkan oleh lembaga-lembaga disekeliling kita.
5. Evaluasi, Seperti pada program dan kegiatan perpustakaan lainnya, evaluasi untuk pembangunan perpustakaan digital harus selalu dilakukan secara terus menerus dalam suatu periode tertentu untuk mengetahui apakah tujuan yang telah kita canangkan sudah tercapai dan apakah program tersebut dapat memuaskan pengguna perpustakaan.
Tingkat kepuasan pengguna perpustakaan harus selalu kita monitor dan hasil dari monitoring dapat digunakan sebagai dasar untuk mengambil keputusan apakah program perpustakaan digital perlu diteruskan, disempurnakan atau dibatalkan.
Manfaat dari adanya perpustkaan digital adalah sebagai berikut :
Mempermudah segala akses informasi
Memperoleh informasi dengan cepat dan ter –update
Menghemat waktu
Mengurangi penggunaan tempat yang berlebihan
Mempermudah akses infromasi dari segala sumber yang ada
Dengan adanya covid-19 seluruh aktivitas menjadi terganggu dan terhambat tak terkecuali sektor pendidikan, perpustakaan khususnya. Maka dari itu dengan adanya pemanfaatan teknologi infromasi yang semakin canggih dna berkembang maka diciptakanlah perpustakaan digital yang dapat diakses dimana saja dan kapan saja. Sudah seharusnya Segala aktivitas mengarah kepada penerapan dan pemanfaatan teknologi yang tercipta untuk didayagunakan. Sudah Bukan saatnya teknologi menjadi sebuah hambatan untuk melangkah lebih maju dalam menatap masa depan. Dan semoga pandemi ini segera selesai agar kita dapat beraktiftas seperti sediakala.
Daftar Acuan :
Herliandry, L. D., Nurhasanah, N., Suban, M. E., & Kuswanto, H. (2020). Pembelajaran pada masa
pandemi COVID-19. Jurnal Teknologi Pendidikan, 22(1), 65-70.
https://doi.org/10.21009/jtp.v22i1.15286
Dinas Kearsipan dan perpustakaan.com, 2020
kemkes.go.id
www.perpusnas.go.id
www.ipusnas.id
www.onesearch.id
Coronavirus COVID-19 Global Cases by the Center for System Science and Engineering (CSSE)
at Johns Hopkins University. (2020).